Breaking News

Dosen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Unja Gelar Kegaiatan Akselerator E-Pariwisata Dorong Transformasi Digital dan Kewirausahaan Budaya.



Bjnews.id - Muaro Jambi - Tim dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi (UNJA) melaksanakan program pengabdian masyarakat bertajuk “Akselerator E-Pariwisata: Mendorong Destinasi Muaro Jambi Melalui Kewirausahaan Digital pada Komunitas Mahligai Budayo Dano Lamo”.

Program ini menjadi langkah nyata dalam mendorong masyarakat desa agar lebih melek teknologi, berdaya saing digital, dan mampu mengembangkan potensi wisata budaya secara berkelanjutan.

Kegiatan ini dipimpin oleh Hendriyaldi, S.E., M.Si., dengan anggota tim Erida, Musnaini, Mar Atun Saadah, Try Syeftiani, Muhammad Haris Putra, dan Kurnia Purnama. Kegiatan dilaksanakan bersama komunitas Mahligai Budayo Dano Lamo serta didukung penuh oleh Dinas Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Muaro Jambi.

Transformasi Digital di Jantung Budaya Muaro Jambi, Desa Dano Lamo dikenal sebagai kawasan wisata alam yang memiliki nilai sejarah tinggi karena berdekatan dengan Kawasan Candi Muaro Jambi, kompleks percandian Buddha terbesar di Asia Tenggara. Namun, potensi tersebut belum diiringi dengan pengelolaan digital yang optimal. Melalui program ini, tim dosen UNJA menghadirkan solusi konkret berupa pelatihan digitalisasi wisata, pembuatan media promosi daring, serta penguatan tata kelola kelembagaan komunitas wisata lokal.

“Program Akselerator E-Pariwisata ini tidak hanya mengajarkan masyarakat membuat konten digital, tetapi juga membangun pola pikir baru: bahwa teknologi adalah jembatan menuju kemandirian ekonomi,” jelas Hendriyaldi dalam sambutannya.

Pelatihan Digital dan Penguatan Kelembagaan, Kegiatan dimulai dengan pelatihan literasi digital yang memperkenalkan peserta pada penggunaan media sosial, fotografi promosi, pembuatan video pendek, serta strategi digital branding bagi destinasi wisata. Peserta diajarkan cara memanfaatkan platform seperti Instagram, Facebook, dan YouTube untuk memperkenalkan pesona Danau Lamo dan budaya lokal.

Selain itu, tim juga membantu masyarakat membuat website resmi Danau Lamo, yang berfungsi sebagai pusat informasi wisata, direktori UMKM, dan arsip kegiatan budaya. Website ini menjadi tonggak awal pengelolaan destinasi berbasis data dan teknologi.

Pendampingan berlanjut pada penyusunan struktur organisasi dan SOP Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata). Melalui workshop interaktif, masyarakat diajak memahami pentingnya manajemen destinasi, pelayanan wisatawan, dan transparansi keuangan. “Kelembagaan yang kuat adalah pondasi utama bagi keberlanjutan pariwisata lokal,” ungkap Erida.

Membangun Kewirausahaan Berbasis Budaya, Selain penguatan tata kelola, program ini juga menumbuhkan semangat kewirausahaan di kalangan masyarakat. Peserta difasilitasi untuk memasarkan produk kerajinan, kuliner, dan cenderamata khas Dano Lamo melalui platform digital dan marketplace lokal.

Pendekatan ini memadukan nilai budaya dengan inovasi ekonomi kreatif, Beberapa anggota komunitas bahkan mulai membangun usaha kecil berbasis wisata, seperti penyewaan perahu, penyediaan paket kuliner tradisional, dan produksi suvenir berbasis motif lokal. “Kini masyarakat melihat pariwisata bukan hanya tempat hiburan, tetapi juga peluang bisnis dan pelestarian budaya,” ujar Musnaini.

Kolaborasi Pentahelix untuk Pariwisata Berkelanjutan, Program ini menerapkan pendekatan pentahelix collaboration yang menggabungkan lima elemen pembangunan — akademisi, pemerintah, masyarakat, sektor swasta, dan media. Universitas Jambi berperan sebagai fasilitator keilmuan, Dinas Pariwisata sebagai pembina dan regulator, masyarakat sebagai pelaku utama, sementara media dan sektor bisnis lokal mendukung promosi dan keberlanjutan kegiatan.

Kepala Dinas Pariwisata Muaro Jambi, yang turut hadir dalam kegiatan, menyambut baik inisiatif ini. “Kegiatan ini menjadi model pemberdayaan pariwisata berbasis digital yang bisa diterapkan di destinasi lain. Sinergi universitas dan masyarakat seperti ini sangat dibutuhkan untuk memperkuat ekonomi kreatif daerah,” ungkapnya.

Kolaborasi ini juga melahirkan Komunitas Digital Mahligai Budayo, kelompok muda penggerak digital yang bertugas mengelola akun media sosial, membuat konten promosi, dan melatih masyarakat lain dalam literasi digital dasar.

Hasil Nyata dan Dampak Positif, Program Akselerator E-Pariwisata membawa sejumlah hasil positif bagi masyarakat Dano Lamo.

1.Kelembagaan Pokdarwis semakin kuat dengan adanya SOP dan struktur organisasi yang jelas.

2.Kemampuan digital masyarakat meningkat, terlihat dari meningkatnya aktivitas promosi di media sosial dan jumlah pengunjung daring.

3.UMKM lokal mulai tumbuh dengan model bisnis berbasis wisata.

4.Kebanggaan terhadap identitas budaya lokal meningkat, karena promosi digital turut menampilkan kesenian, kuliner, dan tradisi Dano Lamo.

Erida menambahkan, “Yang paling membanggakan adalah perubahan pola pikir. Masyarakat kini sadar bahwa mengelola wisata bukan sekadar menjaga tempat, tetapi membangun peradaban ekonomi yang berakar pada budaya.”

Langkah Lanjut, Menuju Wisata Cerdas dan Berkelanjutan, Tim pengabdian berkomitmen melanjutkan pendampingan dengan fokus pada penguatan literasi digital lanjutan, integrasi UMKM ke sistem wisata, dan pengembangan aplikasi informasi wisata Dano Lamo.

Harapannya, destinasi ini dapat menjadi model smart community tourism — wisata berbasis komunitas dengan dukungan teknologi digital.

“Danau Lamo memiliki keunikan yang luar biasa. Dengan sinergi berkelanjutan antara masyarakat, pemerintah, dan universitas, kami yakin destinasi ini bisa menjadi ikon wisata digital berbasis budaya di Jambi,” tutup Hendriyaldi.

Bjnews.id (*)

0 Komentar

© Copyright 2022 - BJ News